4 min read

Mengenal Sejarah dan Bisnis Ayam Broiler

Mengenal Sejarah dan Bisnis Ayam Broiler

I. Sejarah Ayam Pedaging (Broiler)

Ayam pedaging atau lebih dikenal dengan ayam potong (Broiler), merupakan ayam yang berasal dari hutan liar (Gallus galus) yang di domestikasi sekitar 6000-8000 tahun yang lalu. Domestikasi lalu dilanjutkan dengan usaha untuk mendapatkan daging, telur, serta bibit yang baik.

Usaha budidaya ayam ini mulai berkembang pesat di Amerika dan Eropa pada abad ke-19 melalui penyilangan antar ayam untuk mendapatkan strain baru dengan memiliki nilai yang tinggi. Kemudian pada tahun 1953 akhirnya dihasilkan strain ayam dengan kecepatan pertumbuhan bobot yang tinggi dengan penggunaan ransum yang hemat. Jenis ayam tersebut dikenal sebagai ayam broiler atau ayam pedaging.

Sebenarnya untuk di Indonesia, impor ayam ini sudah dilakukan dari mulai tahun 1953  hingga 1960, untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal. Dan sudah mulai dilakukan persilangan dengan strain lokal (kampung), namun bukan untuk kepentingan komersial melainkan sebagai hobi dan kesenangan.

Barulah pada tahun 1967, mulai di galakkan impor bibit ayam (final stok) untuk kepentingan komersial di Indonesia, sejalan bersamaan dengan komoditas sapi/kerbau makin sulit diperoleh. Sehingga Dirjen Peternakan dan kehewanan menyusun program Bimas (Bimbingan Massal) ayam dengan tujuan memasyarakatkan ayam ras kepada para peternak unggas, dengan harapan program tersebut dapat meningkatkan konsumsi protein hewani di masyarakat.

Pada awalnya masyarakat Indonesia sulit menerima keberadaan daging ayam ras karena sudah terbiasa mengkonsumsi daging ayam kampung. Barulah pada tahun 1978, program pemerintah tersebut mencapai keberhasilan karena permintaan masyarakat terhadap daging ayam meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan, dan setelah tahun 1980 hingga sekarang, peternakan ayam ras pedaging serta industri perunggasan dari hulu ke hilir semakin berkembang pesat di Indonesia.

Saat ini telah  banyak berdiri perusaahaan pembibitan (breeding) di Indonesia yang memproduksi dan mengembangkan strain ayam pedaging. Beberapa strain yang di kembangkan antara lain Cobb, Ross, Lohmann, dan hubbard.

II. Potensi Bisnis Ayam Pedaging

Ayam pedaging merupakan jenis ras unggulan hasil dari persilangan bangsa-bangsa ayam yang memiliki kemampuan memproduksi daging . Dan jelas untuk saat ini ayam pedaging (broiler) telah berkembang dengan sangat pesat. Oleh karena itu ayam ini memiliki genetik yang tinggi, maka ayam broiler ini memiliki potensi dengan karakter sebagai berikut:

1. Pertumbuhan ayam yang cepat

Ayam Broiler modern dapat mencapai berat badan 2.191 g (setara 2,191 kg) hanya dalam waktu kurang lebih 35 hari ( Cobb performance & Nutrition Suplement, 2015), dari tahun ke tahun pertumbuhannya semakin cepat dan semakin efisien dalam penggunaan pakan yang menjadi daging (atau lebih dikenal dengan istilah FCR), hal ini pun akan semakin baik, jika diterapkan dengan manajeman pemeliharaan yang baik, bukan hal yang mustahil performa yang dihasilkan akan melebihi standar yang sudah di tetapkan oleh perusahaan pembibitan. Maka hal ini jelas menjadi lahan bisnis yang menjanjikan bagi peternak/calon peternak untuk menggeluti bidang ini.

2. Daging dada lebih besar

Daging pada bagian dada memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan bagian lainnya. Daging ini memiliki tekstur yang lebih lembut, protein yang tinggi dan sedikit kadar lemak serta kolesterolnya (2.1 gr lemak, 186 kal, 39 gr Protein). Senada dengan hal tersebut para ahli genetik terus mengoptimalkan pertumbuhan bagian dada. Kondisi ini  akhirnya membawa konsekuensi, dimana ayam pedaging menjadi lebih bungkuk dan sedikit aktivitas geraknya. Untuk mengantisipasi rendahnya konsumsi akibat minimnya aktivitas gerak ayam, maka kita harus menyediakan tempat ransum dan minum yang cukup sebanding dengan jumlah ayam yang dipelihara.

3. Bulu lebih sedikit

Bulu adalah bagian tubuh ayam yang belum dimanfaatkan oleh manusia. Namun untuk membentuknya dibutuhkan asupan nutrisi yang banyak. Dengan bulu yang lebih sedikit, pemanfaatan ransum untuk pertumbuhan bobot akan menjadi jauh lebih optimal.

Dari pemaparan tiga karakter di atas, singkatnya umur pemeliharaan ayam dan kemampuan mengukur ransum yang baik menjadi daya tarik tersendiri untuk membudidayakan ayam broiler ini. Peluang usaha dan bisnis pun sangat baik karena daging ayam merupakan salah satu pilihan sumber protein hewani dengan harga yang terjangkau. Terlebih hingga tahun 2017, konsumsi daging di Negara-negara ASEAN, Indonesia merupakan Negara yang tingkat konsumsi perkapitanya masih rendah dibandingkan dengan negara lainnya, yakni 12 kg/kapita/tahun. (DBS Bank Group Research, 2017).

III. Resiko Bisnis & Pasar ayam Pedaging

1. Resiko Bisnis Ayam pedaging

Ketika ingin terjun di dunia  bisnis ayam pedaging, maka ada beberapa resiko yang perlu di waspadai, agar tidak tergerus oleh ombak yang sangat kencang di dunia bisnis ayam pedaging. Beberapa resiko yang perlu di waspadai, adalah sebagai berikut:

a) Fluktuasi harga

Fluktuasi harga jual ayam broiler ini perlu di waspadai, karena terjadi bukan dalam kurun waktu yang lama, melainkan setiap hari. Dan di Indonesia khususnya, sering terjadi kasus dimana harga ayam melonjak tinggi tajam (biasanya menjelang hari raya keagamaan), atau turun drastis sampai di titik terendah, sehingga ini menjadi dilematisasi bagi peternak yang sedang menekuni/ yang akan menekuni bidang ini, seiring dengan penjualan ayam, maka kita harus dituntut agar dapat menekan biaya pokok produksi serendah mungkin agar terhindar dari potensi kerugian.

b) Penyakit

Meskipun tergolong dalam kategori bisnis yang menggiurkan, namun ayam pedaging ini sangat rentan dengan terkena penyakit, baik yang di sebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur.

Oleh karena itu, manajemen pemeliharaan serta vaksinasi menjadi kunci keberhasilan dalam menekuni bisnis ini agar terhindar dari penyakit.

c) Kenaikan Harga Sapronak

Kenaikan harga sapronak sangat mempengaruhi keberhasilan bisnis ini, karena semakin tinggi biaya sapronak, terutama pakan dan bibit, maka semakin tinggi pula modal produksi (dikenal dengan HPP), dan ini menjadi tantangan besar bagi peternak di era saat ini.

IV. Pasar Ayam Pedaging

Untuk pasar ayam ras pedaging sendiri, saat ini telah hadir cukup banyak di berbagai kalangan, seiring dengan meningkatnya minat konsumsi masyarakat pada protein hewani ini, pasar pun meningkat dengan  pesat baik secara perorangan maupun secara mitra, baik skala rumahan,pasar, maupun secara industri, bahkan kita bisa menciptakan pasar sendiri (lebih dikenal dengan mandiri).

Tinggal kita mempelajari dengan baik, serta amati sebelum menekuni bisnis ini, pasar mana yang akan dituju, atau pada kondisi seperti apa saat kita akan memasarkannya. Sehingga kita tidak akan tergelincir pada jurang kerugian.


Oleh: Dedi & Vina, Agrinis