13 min read

Mengontrol Pertambahan Bobot Badan

Mengontrol Pertambahan Bobot Badan

Mengontrol Pertambahan Bobot Badan

Fase starter mempunyai andil 50% bahkan 70% terhadap keberhasilan pemeliharaan ayam pedaging. Pada minggu pertama masa starter, bobot ayam seharusnya berhasil naik 4,5-5,5 kali lipat dari bobot DOC. Misalkan bobot awal DOC 40 gr, maka bobot di minggu pertama harusnya sudah mencapai 180-220 gr. Jika berhasil, selanjutnya pada umur 28 hari bobot badan bisa naik sampai 1,7 kg. Artinya, ayam dapat segera dipanen atau dipotong. Selain pencapaian bobot badan, parameter FCR (Feed Conversion Ratio) dan mortalitas juga perlu diperhatikan. Di minggu pertama, standar FCR adalah 0,80-0,90 dengan mortalitas maksimal 1%.

Agar performa ayam tetap terkontrol (tercapai atau tidak), sebaiknya dilakukan penimbangan bobot badan secara rutin setiap minggu, mulai umur 7 hari hingga panen. Sampel ayam yang ditimbang berjumlah 100 ekor dari tiap kandang yang diambil secara acak dan merata dari setiap bagian kandang. Metode penimbangannya pun sebaiknya per individu.

Gunakan timbangan digital agar bobot badan ayam per individu bisa lebih teliti diamati. Kegiatan penimbangan bobot badan hendaknya dilakukan pada hari dan jam yang sama tiap minggunya, misalnya hari Senin pukul 06.00 WIB. ketika kondisi tembolok kosong (belum diberi makan).

Mengapa penimbangan bobot badan sangat penting dilakukan? Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa ayam yang memiliki bobot badan 40 gr di bawah standar pada minggu pertama. ketika dipanen akan memiliki selisih bobot sekitar 400 gr lebih rendah dibanding standar. Demikian pula sebaliknya, kelebihan bobot badan 40 gram di minggu pertama akan menghasilkan bobot panen 400 gr lebih tinggi dibanding standar. Dengan demikian, kegiatan penimbangan bobot badan ayam sejak minggu pertama sangat penting dilakukan sebagai upaya kontrol, seleksi, dan evaluasi sejak awal pemeliharaan.

Pada minggu pertama dapat diketahui ada ayam dengan bobot badan kurang dari standar. maka ayam tersebut hendaknya dipisahkan kemudian diberi perlakuan khusus, yaitu diberi ransum starter dengan jumlah 2-5 gram lebih banyak, serta diberi suplementasi dan multivitamin. Namun jika bobot badan ayam berada jauh 40% di bawah standar sebaiknya ayam tersebut di-culling (tidak dipelihara lagi).

Selain untuk menyeleksi bobot badan, penimbangan rutin tiap minggu juga berfungsi untuk menghitung tingkat keseragaman (uniformity) ayam. Keseragaman memiliki kedudukan penting terhadap tingkat produktivitas ayam. Keseragaman ideal terjadi bila 80% dari populasi ayam bobot badannya berkisar ± 10% dari target.

Flok yang keseragamannya berada di bawah standar akan menyebabkan keuntungan penjualan ayam saat panen tidak maksimal. Selain itu, manajemen pemeliharaannya juga lebih sulit diatur karena ayam dengan bobot tidak seragam harus diberi ransum dengan jumlah berbeda sebagai treatment (penanganan).

Berikut contoh cara menghitung tingkat keseragaman ayam:

• Ambil sampel ayam sebanyak 100 ekor per kandang, kemudian timbang per ekor. Catat data bobot badan masing-masing ayam, setelah itu hitung rataannya. Misalkan dari 100 ekor ayam tersebut diketahui target ideal bobot badan 170 gr

• Dari target bobot badan tersebut diperoleh nilai toleransinya yaitu 10% x 170 gr = 17gr

Batas toleransi atas: 170gr + 17gr = 187 gr
Batas toleransi bawah: 170gr - 17gr = 153 gr

• Hitung jumlah ayam yang memiliki bobot badan antara 153gr dan 187 gr

• Misalnya dari 100 ekor sampel ayam yang ditimbang diketahui ada 85 ekor yang masuk dalam rentang nilai di atas, sehingga keseragaman (uniformity)-nya=85 ekor/100 ekor x 100%-85%

Berdasarkan hitungan di atas bisa disimpulkan bahwa keseragaman ayam bagus karena memiliki nilai di atas standar yaitu 85%. Jika nilai rataan bobot badan 170 gr tersebut mendekati standar breeder, maka peternak boleh merasa tenang karena tidak perlu melakukan treatment khusus (misalnya memberi ransum tambahan, dll).

Namun jika tingkat keseragaman rendah, maka pisahkan dan kelompokkan ayam berdasarkan bobot badan besar, medium, dan kecil untuk mengurangi persaingan konsumsi ranum. Selanjutnya, ayam dengan bobot kecil diberi ransum dengan kandungan nutrisi tinggi berbeda atau dengan menambah jumlah pemberiannya. Sedangkan untuk kelompok bobot badan benar, dibatasi pemberian pakannya. Caranya dengan mengurangi jumlah ransum 5-15% dari jumlah normal.

Mengatur Kepadatan Kandang

Selain dengan mengatur buka tutup tirai, kecukupan udara bersih dapat diciptakan dengan mengatur kepadatan kandang. Kandang yang terlalu padat di masa starter dapat menyebabkan suhu menjadi lebih panas sehingga konsumsi air minum meningkat dan feses lebih basah. Kondisi ini akhirnya memicu kadar amonia meningkat, gangguan pernapasan dan pertumbuhan ayam terhambat.

Agar populasi ayam tidak terlalu padat, pada masa brooding perlu dilakukan pelebaran sekat chick guard. Pelebaran chick guard ini bisa dilakukan tiap 2-3 hari sekali, sehingga pada umur 11-12 hari ayam sudah menempati seluruh kandang. Jangan lupa untuk menambah 2-3 buah tempat ransum dan minum ayam setiap ada pelebaran chick guard. Posisi pemanas IGM juga harus diatur sedemikian rupa agar penyebaran panas tetap merata.

Saat ini genetik ayam pedaging makin cepat tumbuh besar, sehingga waktu pelebaran chick guard harus disesuaikan dengan pertumbuhan bobot badan ayam. Dahulu di umur 6 hari, luasan chick guard baru menempati 1/3 luas kandang. Namun sekarang umur 4-5 hari, luas chick guard sudah bisa menempati 1/3 luas kandang.

Manajemen Litter

Manajemen litter menjadi salah satu aspek yang penting diperhatikan guna mengontrol kadar amonia. Litter di dalam kandang harus selalu dikondisikan kering, karena jika basah atau lembab justru menyebabkan kadar amonia meningkat. Tanpa menggunakan alat, amonia hanya dapat dideteksi jika kadarnya sudah mencapai 20 ppm (Akil, 2006). Padahal dengan kadar seperti itu, amonia bisa mengakibatkan iritasi pada mukosa membran mata dan saluran pernapasan ayam.

Selain bisa memicu peningkatan amonia, dampak lain dari litter yang basah dan lembap ialah:

• Menyebabkan anak ayam di masa brooding kedinginan meski suhu brooding telah sesuai. Akibatnya anak ayam malas beraktivitas dan pertumbuhannya lambat.

• Menjadi sumber penularan penyakit (dari feses ayam sakit, red), seperti cacingan dan koksidiosis.

• Mengundang vektor serangga (lalat) sebagai penyebar penyakit.

• Menimbulkan luka di telapak kaki anak ayam dan kemerahan di bagian otot dada. Hal ini karena panasnya amonia.

Bukan perkara yang mudah menjaga kondisi litter tetap kering dan tidak menggumpal. Di sini peran pegawai kandang sangat menentukan. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Gunakan litter dengan ketebalan yang sesuai, yaitu 6-8 cm untuk kandang panggung dan 8-12 cm untuk kandang postal.

• Pada masa brooding, lakukan pembolak-balikan litter secara teratur setiap 3-4 hari sekali, mulai umur 4 hari sampai umur 17 hari. Hal ini untuk menghindari litter menggumpal sejak awal. Bila ada litter yang menggumpal, maka ganti litter yang menggumpal tersebut sesuai dengan kondisinya. Misalnya saja jika jumlah yang menggumpal sedikit, maka litter dapat dipilah dan dikeluarkan dari kandang. Namun jika jumlah litter yang menggumpal atau basah sudah banyak, lebih baik tumpuk dengan litter yang baru hingga yang menggumpal tidak tampak.

• Jika litter sudah sangat lembap, ketika hendak ditambah litter baru sebaiknya ditaburi kapur tohor terlebih dahulu agar cepat kering.

• Pasang instalasi tempat minum dengan benar agar tidak terjadi kebocoran air dan hindari pekerjaan yang tergesa-gesa, terutama dalam pergantian air minum jangan sampai tumpah ke litter.

• Ventilasi kandang harus baik dan lancar agar sirkulasi udara cukup baik sehingga udara kotor tidak terakumulasi di dalam kandang.

• Kontrol suhu, kelembapan, dan kepadatan ayam di dalam kandang.

Penyerapan Sisa Kuning Telur

Kuning telur memiliki dua fungsi utama yang penting bagi kehidupan anak ayam sejak masa embrional hingga masa starter, yaitu sumber nutrisi sementara dan sumber kekebalan (antibodi maternal), Karena peranannya sebagai sumber nutrisi sementara, maka sisa kuning telur hanya cukup digunakan untuk kelangsungan hidup anak ayam hingga umur 3-4 hari tanpa diberi ransum. Akan tetapi sisa kuning telur tidak dapat mendukung perkembangan saluran pencemaran ataupun menambah bobot badan (Mikec et al., 2006).

Kaitannya dengan sistem kekebalan, sisa kuning telur yang masih menempel pada anak ayam setelah menetas masih mengandung antibodi maternal sebesar 7% (awitech wordpress.com). Antibodi maternal inilah yang berperan penting karena mempengaruhi status kesehatan anak ayam. Kekebalan (antibodi) yang terkandung dalam kuning telur dikenal dengan gamma globulin. Antibodi ini diturunkan dari induk melalui transfer kekebalan pasif (passive immunity) dengan tujuan melindung anak ayam dari serangan mikroorganisme (Tamaluddin, 2014).

Karena pentingnya fungsi dari kuning telur, maka harus dipastikan sisa kuning telur berhasil terserap seluruhnya dengan cepat di masa starter. Menurut literatur, sisa kuning telur umumnya akan habis terserap dalam waktu 5 hari setelah menetas (Barnes of al., 2003). Cepat atau lambatnya penyerapan sisa kuning telur ini dipengaruhi oleh pemberian ransum dan air minum saat awal kedatangan anak ayam (chick in). Hal ini karena gerakan anti peristaltik yang mentransfer kuning telur hingga ke duodenum dirangsang oleh kehadiran makanan di saluran pencernaan (usus).

Dari data penelitian diketahui bahwa sisa kuning telur digunakan lebih cepat oleh anak ayam yang sudah mendapatkan ransum lebih awal, dibandingkan anak ayam yang dipuasakan terlebih dahulu hingga 48 jam. Di lapangan, kejadian terlambatnya penyerapan sisa kuning telur atau tidak terserapnya sisa kuning telur diakibatkan oleh adanya infeksi pada kantung kuning telur (yolk sac infection).

Infeksi kantung kuning telur tersebut bermula dengan adanya radang pusar atau omphalitis (Barnes et al., 2003). Anak ayam yang terkena omphalitis tak akan sanggup hidup lama, dan biasanya mati pada umur 2-7 hari. Secara normal, kantung pusar seekor anak ayam akan menutup pada umur 2-3 hari sehingga infeksi dari luar tidak akan masuk dan kasus infeksi kantung kuning telur tidak akan terjadi. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika sejak umur 2 hari peternak mulai mengecek kondisi pusar DOC.

Menyediakan Air minum yang Cukup dan Berkualitas

Sama halnya dengan ransum, pada masa starter air minum juga harus tersedia setiap saat. Bahkan kebutuhan air minum ayam mencapai 2x lipat dari jumlah konsumsi ransumnya. Terlebih ketika menginjak umur 15 hari ayam mulai menghasilkan panas tubuh dari perombakan nutrisi ransum. Jika pada siang hari suhu kandang sangat panas, maka ayam lebih memilih untuk minum dibanding makan untuk membantu mendinginkan suhu tubuh. Dengan demikian, semakin bertambahnya umur, ayam pedaging rentan mengalami heat stress (stres panas) sehingga membutuhkan asupan air minum yang cukup dan berkualitas.

Usahakan agar jumlah tempat minum (TMA) tidak kurang dari kebutuhan untuk menekan terjadinya persaingan minum antar ayam. Atur pula agar tinggi piringan TMA agar bisa dicapai oleh ayam sesuai umur. Untuk ketinggian tempat minum dan makan manual maupun semi otomatis, mulai umur±10 hari sebaiknya diatur agar bagian tepi piringan tempat makan dan minum sama dengan tinggi punggung anak ayam ketika berdiri normal. Ketinggian tersebut juga harus selalu dicek setiap hari untuk meminimalkan kontaminasi. Sedangkan untuk tempat minum nipple, ketinggiannya disesuaikan dengan tinggi ayam, di mana ayam harus mendongakkan kepalanya membentuk sudut tertentu terhadap nipple dan kaki harus datar ke lantai. Tubuh ayam justru tidak boleh membungkuk untuk mencapai ujung nipple. Di lapangan tak jarang pengaturan jumlah, distribusi, serta ketinggian TMA tidak disesuaikan dengan umur dan kepadatan ayam sehingga menurunkan konsumsi ayam.

Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, air berkualitas juga penting sebagai persyaratan melarutkan vaksin, obat, dan vitamin. Air berkualitas dinilai dari 3 hal, yaitu kualitas fisik, kimia, dan biologinya.

1. Kualitas Fisik

Tolak ukur fisik air yang berkualitas terdiri dan parameter warna, bau dan berasa. Untuk itu, air minum ayam yang baik hendaknya tidak berwarna, berasa, dan berbau. Air juga harus terbebas dan partikel-partikel tersuspensi alias tidak keruh dan bebas dan lumpur kasar, lumpur maupun koloid.

Seringkali penampilan fisik air yang tidak bagus menggambarkan bahwa kualitas kimia maupun biologinya juga tidak memenuhi standar. Contohnya air dengan kandungan besi (Fe) yang tinggi bisa diketahui dan bau "amis"-nya yang sangat khas dan warnanya yang kekuningan. Air yang keruh juga biasanya mengandung cemaran bakteri yang lebih tinggi dibanding dengan air yang jernih.

Jika air yang tersedia di peternakan kualitas fisiknya belum baik, maka penanganan yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya antara lain (pilih salah satu):

• Melakukan penyaringan dengan alat filter

• Menambahkan tawas (2,5 gram tiap 20 liter air) untuk mengikat dan mengendapkan partikel dalam air. Pada treatment ini perlu dilakukan juga pengurasan torn secara rutin untuk membersihkan endapan partikel yang sudah menumpuk.

2. Kualitas Kimia

Ada beberapa parameter kualitas kimia air yang sering bermasalah di peternakan, yaitu derajat keasaman (pH), kesadahan, dan kadar logam (besi).

Derajat keasaman (pH)

Nilai pH air yang baik adalah netral atau berkisar antara 6,5-8,5. Masalah pH asam atau basa selama ini lebih banyak dipengaruhi oleh komposisi kimia tanah. Umumnya air dengan pH asam banyak berasal dari daerah lahan gambut dan rawa-rawa karena tingginya proses pembusukan dan fermentasi bahan-bahan organik yang ada. Sedangkan air dengan pH basa biasa ditemukan di daerah pegunungan kapur dan wilayah pertambangan.

Nilai pH yang tidak sesuai, misalnya pH asam bisa mengakibatkan penurunan konsumsi air minum ayam, menurunkan daya kerja obat dan vaksin, serta mempercepat korosi pada benda-benda atau pipa yang terbuat dari logam. Sedangkan pH basa bisa memicu pembentukan kerak pada sistem instalasi air minum, membunuh virus vaksin, menurunkan potensi beberapa obat/desinfektan, dan mengendapkan mineral (Halls, 2008).

Untuk mengatasi air minum and break era campurkan Netrabil pada air yang ber-pH asam maupun basa alternatif lainnya, untuk air ber-pH asam bisa dinaikkan pH-nya dengan menambahkan soda kue (NaHCO). Sebaiknya, air dengan pH basa bisa diturunkan pH nya dengan penambahan asam sitrat. Setelah menambahkan soda kue atau asam sitrat, lakukan pemeriksaan akhir dengan kertas indikator universal (kertas lakmus) atau pH meter.

• Kesadahan

Air sadah merupakan air yang mengandung mineral-mineral tertentu dalam air, terutama mineral Ca (kalsium) atau Mg (magnesium) tinggi dalam bentuk garam karbonat. Jadi, dengan kata lain air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Untuk mendeteksi air di peternakan bersifat sadah atau tidak, kita bisa mengujinya dengan melarutkan detergen ke dalam air. Jika sadah, maka air tersebut tidak akan berbusa/berbuih atau buihnya hanya sedikit.

Air yang berasal dari pegunungan atau dekat dengan area batuan kapur mengalir melalui batuan dan tanah sehingga mineral mineral alami terlarut di dalamnya. Oleh karena itu, tidak heran jika lokasi peternakan yang berada di area pegunungan kapur tersebut memiliki kadar kesadahan tinggi. Dalam pemakaiannya, air sadah (kadar > 110 ppm) bisa mengurangi potensi antibiotik golongan tetrasiklin atau fluorokuinolon, serta merusak vaksin.

Disinfektan yang ZA aktifnya iodine dan quats pun, seperti Antisep, Neo Antisep, dan Medisep, daya kerjanya akan menurun jika dilarutkan dalam air sadah. Air sadah juga bisa mempercepat pembentukan kerak di pipa instalasi air minum. Oleh karena itu, kesadahan yang terlalu tinggi perlu diturunkan kadarnya.

Untuk menurunkan kesadahan, kita bisa mencampur Medimilk ke dalam air minum atau menggunakan filter. Alternatif cara lain dengan menggunakan pasir zeolit Kita cukup menyediakan drum yang dapat menampung zeolit. Pada dasar drum sudah dibuat keran. Air yang akan digunakan dilewatkan pada zeolit terlebih dahulu. Selanjutnya air dapat digunakan untuk melarutkan obat, disinfektan, dll. Zeolit memiliki kapasitas terbatas untuk menukar ion, artinya kita tidak dapat menggunakan zeolit yang sama selamanya. Sehingga pada rentang waktu tertentu, zeolit yang lama harus diganti dengan yang baru.

• Kadar besi (Fe)

Kadar besi yang tinggi dalam air minum ayam bisa memicu perkembangbiakan bakteri, baik bakteri menguntungkan maupun bakteri patogen. Dampak lainnya yaitu bisa menurunkan konsumsi air minum ayam, memicu terbentuknya kerak di pipa air dan menyumbat lubang nipple drinker, mempercepat pembentukan biofilm di sepanjang instalasi air, serta merusak vaksin.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kadar besi (pilih salah satu) ialah:

• Penyaringan dengan alat filter yang dilengkapi pasir aktif. Selain menyaring besi, pasir aktif juga bisa menyaring logam lain seperti mangan (Mn).

• Jika air akan digunakan untuk vaksinasi melalui air minum, sebelum dilarutkan dengan vaksin berikan medimik 10 gr tiap 5 liter air, aduk rata kemudian biarkan selama 30 menit baru dicampur dengan vaksin. Medimilk berfungsi sebagai stabilator air minum dari adanya logam – logam (termasuk besi) pada air minum yang akan digunakan untuk melarutkan vaksin.

3. Kualitas Biologi

Sebagian besar air yang digunakan di peternakan adalah air tanah. Air tanah ini seringkali mengandung Escherichia coli. Menurut data MediLab (2017) sebanyak 51.25% dari total sampel air di peternakan yang diuji hasilnya positif tercemar E. coli. Cemaran E. coli ini kemungkinan besar berasal dan feses ayam yang banyak mengkontaminasi air permukaan. Menurut Kabir (2010), dalam setiap gram feses ayam terkandung sekitar 106 E. coli. Selain E. coli, air tanah juga biasanya tercemar oleh mikroba patogen lain seperti coliform, salmonella, dan berbagai macam virus. Tingkat cemaran mikroba patogen inilah yang menentukan kualitas biologi air.

Sumur yang terlalu dekat (kurang dari 10 m) dengan tumpukan feses di kandang, dekat sawah, sungai, ataupun septic tank memiliki risiko lebih tinggi terkontaminasi bakteri E. coli, baik itu di musim hujan maupun kemarau. Menurut Hariyadi (2003), E. coll dalam jumlah tertentu merupakan bakteri normal di saluran pencernaan ayam yang tidak mengganggu. Namun saat populasinya sangat tinggi, bakteri ini akan menyerang ayam dan terjadilah penyakit colibacillosis.

Saat ayam terserang colibacillosis, ayam bisa diobati dengan antibiotik hanya saja tindakan pengobatan masih belum cukup untuk menangani calibacillosis sampai tuntas. Kita perlu menangani semua faktor risiko penyebab munculnya penyakit, salah satunya dengan melakukan sanitasi minum ayam. Sanitasi air minum ini dilakukan dengan mencampur antiseptik (desinsep) atau kaporit (12-20 gr untuk 1.000 liter air) ke dalam air yang akan dikonsumsi ayam. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :

• Dosis antiseptik yang digunakan tepat

• Sebagai upaya mencegah kontaminasi mikroba patogen dan agar mikroba baik di usus ayam tidak terganggu, program sanitasi air minum bisa dilakukan dengan sistem 3-2-3. Artinya 3 hari pemberian antiseptik, 2 hari air minum biasa, dan 3 hari pemberian desinfektan lagi, demikian seterusnya berselang-seling. Sedangkan saat terjadi kasus serangan penyakit, pemberian desinsep boleh dilakukan setiap hari.

• Pencampuran Desinsep/kaporit sebaiknya dilakukan malam hari, kemudian air diendupkan 6-8 jam sehingga pada pagi hari air bisa diberikan pada ayam atau dicampur dengan obat atau vitamin.

• Jangan mencampur antiseptik jenis apapun dengan vaksin. Sedangkan jika kita ingin melarutkan vaksin, air minum yang sebelumnya sudah bercampur Desinsep/kaporit harus didiamkan dahulu selama 48 jam. Dan ketika vaksin hendak dilarutkan, untuk memastikan bahwa senyawa aktif antiseptik benar-benar hilang dan tidak mempengaruhi daya kerja virus vaksin, sebaiknya tambahkan bahan stabilisator (penstabil) air seperti Medimilk atau Netrabil ke dalam air minum.

Agar penanganan permasalahan kualitas air di atas bisa dilakukan dengan tepat, sebaiknya lakukan terlebih dahulu pengujian sampel air di laboratorium (MediLab atau PDAM). Untuk periode pengujiannya dilakukan secara periodik, terutama saat terjadi pergantian musim atau minimal 1 tahun sekall (World Poultry Vol. 25 No.3, 2009).

Dan laporan di lapangan, jenis air yang umum digunakan oleh para peternak unggas di antaranya air sumur, mata air dari pegunungan, dan air kolam hasil tampungan hujan. Ketiga jenis air tersebut masih layak digunakan sebagai air minum ayam, namun harus tetap diberi beberapa perlakuan jika diketahui kualitasnya bermasalah. Untuk air permukaan (surface water) yang berasal dan sungai, danau dan sebagainya, semestinya tidak digunakan untuk air minum ayam karena berisiko terkontaminasi kuman patogen lebih tinggi.

Selain E. coli, ada pula virus Al yang dibawa oleh unggas air (contohnya bebek) yang berpindah dan satu tempat ke tempat lainnya melalui media air. Mengingat akan hal ini, maka alangkah lebih baik jika pemeriksaan kualitas air dilakukan secara menyeluruh, tidak hanya dari sumber air (sumur, air sungai), tetapi juga dari bak penampung air dan pipa saluran air, atau langsung dari tempat minum.

Selain dengan pengujian laboratorium, agar penyelesaian masalah kualitas air bisa diatasi secara efektif, tentu perlu didukung dengan tindakan perawatan dan penerapan biosekurti yang ketat, di antaranya dengan:

• Pembersihan biofilm

Biofilm adalah lapisan tipis di permukaan tempat minum, torn, dan pipa air yang menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya mikroba patogen seperti E. coll. Selain mengandung mikroba patogen, biofilm juga tersusun atas bahan-bahan organik yang terlarut dalam air serta slime (end) yang licin. Biofilm sendiri bagi mikroba patogen berfungsi sebagai benteng pertahanan dari senyawa beracun. Itulah mengapa biofilm ini bisa menyebabkan tindakan pemberian antiseptik pada air minum seolah tidak mempan membunuh kuman patogen yang ada di dalamnya, Air juga menjadi lebih bau akibat adanya pertumbuhan bakteri dalam biofilm. Semua hal itu akhimya secara tidak langsung mempengaruhi kondisi kesehatan ayam.

Secara umum pembentukan biofilm di dalam pipa air minum (atau permukaan benda lainnya) bisa dipicu oleh beberapa hal, seperti penggunaan antibiotik atau vitamin lewat air minum yang terlalu sering, pipa air yang menggantung, suhu tinggi, dll. Oleh karena itu, biofilm harus dibersihkan secara berkala dengan perlakuan fisik (melalui pengurasan) atau flushing. Untuk bagian pipa, teknik pengurasan sulit dilakukan, sehingga kita memilih perlakuan flushing

Flushing merupakan upaya pembersihan pipa saluran air minum menggunakan air bertekanan tinggi (sekitar 1,5-3 bar) atau dengan laju penyemprotan air 1 menit setiap 30 meter pipa paralon. Flushing sebaiknya dilakukan saat kosong kandang. Sebelum flushing, aliri pipa air dengan larutan hidrogen peroksida (HO) agar biofilm terangkat terlepas.

Untuk membuat larutan H2O2, sebanyak 20-30 ml cairan H2O2 murni dicampur dengan 1 liter air. Larutan kemudian ditampung dalam tandon air dan dialirkan hingga ke ujung pipa-pipa yang mengarah ke tempat minum. Setelah itu didiamkan minimal 12 jam, baru kemudian dibilas dengan air bertekanan atau di-flushing. Perhatikan kedalaman sumur dan jaraknya dengan tempat pembuangan feses. Kedalaman sumur di peternakan dianjurkan > 30 meter dan jaraknya dari lokasi feses minimal 10 meter.


Oleh: Dedi & Vina, Agrinis.