Pentingnya Penerapan Sistem Biosekuriti Peternakan untuk Peternak
Sistem biosekuriti peternakan merupakan sejenis program yang dirancang untuk melindungi dan mengamankan kehidupan ternak. Berasal dari kata ‘bio’ yang berarti hidup, dan ‘security’ yang berarti keamanan.
Dalam budidaya ternak, sistem ini dilakukan untuk melindungi ternak dari ancaman serangan dan wabah penyakit. Sehingga, penerapan biosekuriti dapat dilakukan para peternak dan pelaku usaha guna meminimalisir kerugian. Dalam artikel ini, kita akan mengenal lebih lanjut penerapan sistem biosekuriti untuk mencegah terjadinya outbreak hama dan penyakit pada peternakan. Simak ulasannya!
Definisi Sistem Biosekuriti
Biosekuriti merupakan prosedur atau usaha yang dilakukan untuk mencegah kontak antara ternak dengan agen atau sumber penyakit, sehingga dapat menekan risiko dan konsekuensi penularan penyakit.
Tidak hanya penyakit, penerapan biosekuriti pada peternakan juga dapat mencegah penyebaran penyakit infeksius, parasit, dan hama ke unit produksi ternak.
Terdapat dua aktivitas penting dalam pelaksanaan biosekuriti pada peternakan yaitu, isolasi peternakan dari agen atau sumber penyakit yang berasal dari luar peternakan dan berasal dari lingkungan peternakan.
Sumber Penyakit Pada Ternak Dapat Berasal Dari:
· Ternak (ternak yang sakit, bangkai, ternak pembawa penyakit atau disebut ternak carrier).
· Manusia (anak kandang, tamu).
· Pakan dan air minum.
· Kotoran ternak dan limbah peternakan.
· Hama rodensia (tikus dan macam serangga lainnya).
· Burung dan unggas (burung yang sering masuk ke area peternakan seperti merpati dan burung liar).
· Hewan di sekitar peternakan (anjing, kucing, dan lainnya).
Prinsip Sistem Biosekuriti Peternakan
1. Isolasi
Isolasi adalah tindakan untuk menciptakan lingkungan bagi unggas agar terlindung dari pembawa penyakit atau carrier. Tindakan isolasi dapat dilakukan dengan menjaga jarak minimum antara peternakan dengan peternakan lainnya atau pemukiman warga sejauh 1 kilometer.
Selain itu, pengandangan ayam juga harus dilakukan dalam lingkungan yang terkendali, dengan pembuatan kasa pemisah untuk menjaga ternak tetap berada di dalam kandang.
Pelaku usaha juga dapat memisahkan ayam berdasarkan spesies dan menerapkan sistem manajemen all in all out. Sistem ini akan memungkinkan depopulasi massal di peternakan antar setiap flok. Pembersihan kandang dan peralatan secara rutin juga dapat mengurangi tingkat penyebaran penyakit.
2. Pengendalian Lalu Lintas
Pengendalian lalu lintas dalam biosekuriti pada peternakan meliputi pembatasan manusia (karyawan, anak kandang, pemilik, tamu), kendaraan, pengangkutan peralatan, pakan, hasil produksi (ternak, telur), dan limbah peternakan yang dapat memasuki area peternakan.
Jalur transportasi kendaraan dapat dipisahkan menjadi jalur kotor dan jalur bersih guna mengurangi kemungkinan masuknya penyakit. Jalan penghubung dalam kandang juga dapat dibuat untuk mengangkut kebutuhan ternak agar petugas tidak melewati sembarang tempat.
Pengontrolan terhadap beberapa kandang sebaiknya dimulai dari kandang ternak berusia paling muda yang masih rentan untuk mencegah penularan penyakit dari ternak yang lebih tua.
3. Sanitasi
Sanitasi dalam biosekuriti pada peternakan dapat dilakukan dengan pembersihan atau desinfeksi kandang, peralatan, dan kendaraan secara rutin.
Kebersihan penjaga juga harus diperhatikan dengan mencuci tangan dan alas kaki sebelum dan setelah menangani ayam. Pakan, udara, air minum, dan lingkungan juga perlu diperhatikan dalam lingkungan kandang.
Untuk itu, tidak boleh ada penumpukan kotoran serta bahan dan peralatan di sekitar kandang. Istirahat kandang setelah pembersihan dilakukan minimal 14 hari untuk memastikan mikroorganisme di dalam kandang berhenti berkembang.
Nah, sekarang kita telah mengenal lebih lanjut tujuan dan prinsip dari penerapan sistem biosekuriti pada pelaku usaha dan peternak.
Oleh: Feri & Vina, Agrinis.